Perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan
Masyarakat
Pedesaan : Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi
,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah),
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Masyarakat
Perkotaan : Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Let’s Begin!
KOTA BEKASI
Kota Bekasi
memiliki kedudukan berupa :
- Bantar Gebang
- Bekasi Barat
- Bekasi Selatan
- Bekasi Timur
- Bekasi Utara
- Jatiasih
- Jatisampurna
- Medan Satria
- Mustika Jaya
- Pondok Gede
- Pondok Melati
- Rawalumbu
Pada
tanggal 16 Desember 2012, diselenggarakan pilkada untuk memilih wali kota
beserta wakilnya, yang diikuti oleh lima pasang calon. Pada pilkada tersebut
terpilih pasangan Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu, yang akan menjabat pada
periode 2013-2018. Pasangan ini didukung oleh empat partai politik yakni Partai
Golkar, PKS, PKB, dan Partai Hanura. Berdasarkan Pemilu Legislatif 2014,
anggota DPRD Kota Bekasi periode 2014-2019 berjumlah 50 orang yang didominasi
oleh PDI Perjuangan (12 kursi), Partai Golkar (8 kursi), dan PKS (7 kursi).
Bekasi
menjadi salah satu kota wisata di Provinsi Jawa Barat, objek wisata di Bekasi.
Antara lain:
- Taman Buaya Indonesia Jaya di Jl. Suka Ragam, Serang, Cikarang, Bekasi. Tempat ini dibuka untuk umum pada hari minggu saja.
- Pantai Muara Beting dan Muara Gembong. Kedua pantai ini menawarkan keindahan alam dan pesona pantai yang menawan. Di tepi pantai banyak tumbuh hutan bakau yang dikembangkan oleh pemerintah setempat menjadi objek wisata.
- Pantai Muara Bendera terletak di Kecamatan Gembong.
- Situ Gede merupakan objek wisata berupa danau yang indah dengan suasana asri.
- Saung Ranggon, rumah tradisional kuno yang telah dibangun sejak abad ke-16, terletak di desa Cikedokan, Cikarang Barat. Di dalamnya terdapat benda pusaka yang setiap bulan maulid selalu dilakukan upacara pencucian pusaka. eks Pabrik Gula Cibarusah, sebuah objek wisata bersejarah setelah dijadikan objek wisata pada tahun 2001 setelah ditutup akibat Krisis ekonomi 1997 dan dahulu pabrik gula ini dibuka sejak tahun 1905 di Cibarusah, Bekasi dan jalur rel ini dibangun yang terhubung dari Stasiun Cibarusah yang dibangun pada tahun 1934 oleh Staats Spoorwegen (SS).
Sejarah
Terbentuknya Kota Bekasi
Sejarah setelah tahun 1949,
ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17
Februari 1950 di alun-alun Bekasi. Hadir pada acara tersebut Bapak Mu’min
sebagai Residen Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah
penyampaian pernyataan sikap sebagai berikut :
- Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar Kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah) dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto "SWATANTRA WIBAWA MUKTI".
- Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa
- Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982, dengan wali kota pertama dijabat oleh Bapak H. Soedjono (1982 – 1988). Tahun 1988 Wali kota Bekasi dijabat oleh Bapak Drs. Andi Sukardi hingga tahun 1991 (1988 - 1991, kemudian diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun (1991 – 1997)
- Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang "Kota") melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).
- Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah Wali kota dan Wakil Wali kota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (perode 2003 - 2008).
Luas Wilayah
dan Letak Geografisnya
Kota Bekasi
memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2, dengan batas wilayah Kota Bekasi
adalah:
- Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
- Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
- Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Letak geografis
: 106o48’28’’ – 107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’ Lintang
Selatan.
Jumlah
dan kepadatan penduduk
Kota Bekasi, Jumlah penduduknya sebesar 2,733,240 Jiwa
(termasuk salah satu kota dengan penduduk terbanyak di Indonesia), yaitu
terdiri dari 1,378,883 Laki – laki dan 1,354,357 Perempuan.
Lingkungan Hidup
Kota
Bekasi, kalo ingat dengan kota ini pasti dikaitkan dengan sampah. Bukan karena
kota terjorok (buruk), melainkan karena banyaknya pencemaran di kota ini.
Ambillah contoh pencemaran kali di kota Bekasi. Menurut WARTAKOTALIVE.com,
Kondisi Kali Bekasi sudah cukup memprihatinkan, selain tercemar limbah juga
banyak sampah. Untuk itu Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi akan mengadakan
program kegiatan Bersih Kali Bekasi yang akan dilaksanakan pada Jumat
(26/10/2018). Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Jumhana Luthfi, mengatakan,
rencana kegiatan bersih-berish Kali Bekasi ini sudah direncanakan dari jauh
hari.
Pihaknya
telah berkoodinasi dengan semua pihak untuk terlibat dalam kegiatan kerja bakti
bersih-bersih Kali Bekasi. "Kalau total yang akan ikut dalam aksi bersih-bersih
ada sekitar seribu orang dari berbagai unsur mulai polisi, TNI, masyarakat
maupun komunitas pecinta lingkungan," kata Jumahan kepada Warta Kota, Rabu
(24/10/2018). Untuk teknis pembersihan, kata Jumahan, sisi bantaran Kali Bekasi
akan dibersihkan dari tumpukan sampah, maupun sendimentasi. "Kami masih
fokus ke sampah dan sedimentasi di bantaran Kali Bekasi saja. Kalau pengerukan
sedimentasi seluruhnya butuh biaya besar, nanti kami minta alat berat dari
Dinas PUPR untuk pengangkutan sampahnya," katanya. Jumahan mengatakan,
tujuan dilakukan kerja bakti ini agar kondisi Kali Bekasi jauh lebih baik
"Kerja bakti ya supaya Kali Bekasi bersih. Ini aksi nyata kita bersama
dalam menciptakan lingkungan Kali Bekasi yang bersih. Setidaknya jauh lebih baik
kondisinya," katanya.
Kasi
Pencemaran DLH Kota Bekasi, Agung Adi, mengatakan, ada empat zona yang akan
menjadi lokasi bersih-bersih yakni zona pertama Cipendawa, zona kedua Kemang
Pratama 5, zona ketiga Kemang Pratama 3, dan zona keempat Presdo. Peserta apel gabungan
dari unsur Perum Jasa Tirta (PJT) II, FMPKB, Kominitas Pecinta Sungai Cileungsi
Cikeas (KP2C), Kodim 0507/Bekasi, Polrestro Bekasi Kota, LSM Amphibi, BPBD Kota
Bekasi, Dishub Kota Bekasi, DBMSDA, Dinkes Kota Bekasi, Dinsos, Satpol PP.
"Kami mulai pukul 06.00 WIB, apel dulu di Pangkalan 3 Kelurahan Cikiwul,
Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Masyarakat yang mau ikut bergabung kerja
bakti kami persilahkan," katanya.
Mata pencaharian
Salah
satu hal yang membuat Kota Bekasi berkembang dengan pesat adalah karena adanya
perkembangan dalam bidang industri, terutama industri pengolahan, perdagangan,
hotel, dan restoran. Hal ini membuat mata pencaharian penduduknya pun semakin
beragam dan tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian. Menurut data dari BPS Kota
Bekasi tahun 2012, dari luas secara keseluruhan yang mencapai 21.049 ha, hanya
sebagian kecil saja yang saat ini masih digunakan sebagai lahan pertanian yaitu
sekitar 505 ha atau 3,15%. Selebihnya, merupakan lahan kering yang digunakan
untuk bangunan dan halaman (15.072 ha), kebun (4.285 ha), dan kolam atau empang
seluas (69 ha).
Dengan
lahan yang relatif kecil tersebut, tanaman pangan, buah-buahan dan hasil kebun
lain yang dihasilkan hanyalah berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah, sawi, kacang panjang, bayam, mentimun, cabe, terong, kangkung, rambutan,
jambu biji, duku, sawo, pisang, pepaya, jahe, pandan, dan kencur. Pada tahun
2012, produksi tanaman padi menghasilkan sekitar 5.950,79 ton, kangkung 4.348
ton, sawi 3.614,4 ton, bayam 3.556,65 ton, rambutan 2.006,87 ton, jambu biji
987,74 ton, jahe 366,47 kwintal per ha, dan selebihnya berupa sawo, pisang, dan
pepaya sekitar 600 ton.
Selain
pertanian dan perkebunan, Kota Bekasi juga menghasilkan tambahan dari sektor
perikanan dan peternakan. Pada tahun 2011 hasil perikanan Kota Bekasi mencapai
1.310,05 ton dengan jenis ikan lele yang paling banyak diproduksi yaitu sekitar
531,85 ton. Sedangkan dari sektor peternakan menghasilkan 1.104.525 ekor ayam
ras pedaging, 172.358 ekor ayam buras, 118.500 ekor ayam petelur, dan 7.294
ekor itik.
Corak Kehidupan
Setiap
warga negara mempunyai hak asasi untuk dapat hidup dengan layak. Negara juga
telah menjamin dalam pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Corak
kehidupan masyarakat Bekasi beraneka ragam dengan berbagai jenis mata
pencaharian misalnya petani, pedagang, buruh pabrik , nelayan, dan sebagainya.
Dan tingkat pendapatannya pun berbeda.
Wilayah
Bekasi sebagai salah satu kota satelitnya Jakarta atau kota penunjang Jakarta,
letak wilayah yang strategis yaitu dekat dengan Ibu Kota Negara, jumlah
penduduk yang melimpah, serta keanekaragaman budaya. Potensi-potensi tersebut
dapat memajukan Bekasi bila dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sekarang
ini Bekasi mengembangkan diri dari wilayah agraris menuju industri. Dengan
berkembangnya industri di Bekasi diharapkan akan memperluas lapangan pekerjaan
dan mendorong income daerah akan tetapi perubahan itu menyebabkan banyak
penyakit sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, prostitusi dan pengangguran. Pengangguran
di Bekasi bertambah dengan banyaknya para pendatang dari wilayah jawa dan luar
jawa untuk mengadu nasib. Pengangguran mendorong kemiskinan meningkat. Penduduk
Bekasi yang berjumlah sekitar 4 jutaan dengan jumlah penduduk miskin sebanyak
149.686 jiwa atau sekitar 3,74 % dari jumlah penduduk berada dibawah garis
kemiskinan.
Pola Interaksi Sosial
Pola Interaksi Sosial
Masyarakat
kota Bekasi rata – rata masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri
dari manusia yang bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan,
kebudayaan, dan lain-lain. Sikap hidupnya cenderung bersifat individualisme
atau egoisme, yaitu masing-masing anggota masyarakatnya berusaha
sendiri-sendiri tanpa terkait oleh anggota masyarakat lainnya, hal mana
menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai
otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana istilah “Patembayan”. Namun
meskipun masyarakat kota memiliki sikap yang individualisme, mereka sebenarnya
secara tidak langsung sangat bergantung pada banyak orang, karena banyak
berbagai kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhi oleh mereka sendiri sehingga
harus membeli. Perwaatakn cenderung pada sifat materealistis, akibat dari sikap
hidup yang egois dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis menyebabkan
masyarakat kota lemah dalam segi religi. Kematerialistis-an masyarakat kota
juga dipengaruhi oleh mahalnya kebutuhan hidup di kota, sehingga mau tidak mau
mereka dituntut untuk mencari uang sebanyak banyaknya demi terpenuhinya
kebutuhan sehari-hari. Dan sikap mereka yang seperti itu kadang menimbulkan
efek-efek yang negatif, misalnya sekularisme, hedonisme, dan lain-lain.
Solidaritas Sosial
Solidaritas Sosial
Suatu
keadaan dimana hubungan antara individu dan/atau kelompok Posdaya pada
hakikatnya didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama
dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas Posdaya Kota
Bekasi menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari
keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan
kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama ini
telah melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar
anggotanya. salah satu sumber solidaritas adalah gotong royong , istilah gotong
royong mengacu pada kegiatan saling menolong atau saling membantu. Tradisi
kerjasama tersebut tercermin dalam berbagai bidang kegiatan yang dilaksanakan
Posdaya, sehingga lazim jika para anggotanya berlomba untuk memposisikan
“tangan diatas”.
Solidaritas
sosial yang demikian itu, sangat diperlukan di dalam masyarakat, terutama
masyarakat Kota Bekasi. Karena pada umumnya masyarakat Kota Bekasi mempunyai
tingkat kesibukan yang tinggi serta mempunyai kesenjangan antara warga satu dan
warga lain, sehingga jarang dari mereka
mengetahui keadaan para tetangga mereka bahkan apabila ada tetangganya yang
sakit jarang dari mereka yang mengetahui. Kebanyakan dari masyarakat Kota
Bekasi khususnya warga perumahan tidak pernah tahu siapa-siapa para tetangga
yang ada di sekitar rumahnya yang mereka tahu hanya mencari uang.
PONDOK GEDE
Pondok Gede memiliki kedudukan berupa :
- Jatibaru
- Jatibening
- Jatibening Baru
- Jaticempaka
- Jatimakmur
- Jatiwaringin
Pondok
Gede merupakan kawasan perbatasan antara DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Pondok Gede adalah salah satu gabungan dari wilayah Pondok Melati,
Jatiwaringin, Jatiwarna, Jatiasih, Jatimakmur, Jatibening, Jatikarya dan
sebagian wilayah Jakasampurna.
"Nama Pondok Gede berasal dari suatu rumah
yang memberi namanya kepada daerah Pondok Gede, pada tahun 1936"
Pelaksana
Tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP)
Kota Bekasi Lintong Dianto Putra mengatakan, pada akhir bulan September 2018
pihaknya akan meresmikan Mal Pelayanan Publik kedua yang terletak di Mal Pondok
Gede, Kota Bekasi. Pondok Gede memiliki 3 Mall, yaitu Plaza Pondok Gede, Atrium
Pondok Gede, dan Transmart Pondok Gede.
Jumlah
dan kepadatan penduduk
Pondok Gede, Jumlah
penduduknya sebesar 290,493 jiwa, yaitu terdiri dari 145,471 Laki – laki dan
145,022 Perempuan.
Lingkungan Hidup
Beda
dengan seluruh kota Bekasi, Daerah Pondok Gede sudah melakukan yang terbaik
untuk mengatasi pencemaran. Walau, tingkat kemacetan masih sangat tinggi
disana, dengan banyaknya warga daerah Pondok gede yang berjualan di pinggir
jalan. Walau sudah di singkirkan, tetapi tetap akan muncul satu per satu.
Menurut DLH Bekasi, Pelaksanaan penyisiran sampah pagi ini merupakan salah satu
wujud dari kepedulian Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam menyukseskan
Gerakan Adipura Bermartabat Kota Bekasi Tahun 2017. Bersama Kru dan penggiat
kebersihan di Kecamatan Pondok Gede Kepala UPTD Kecamatan Pondokgede Ibu Kokom
mengikuti bersih-bersih setelah adanya kegiatan penggalian kabel dan acara
peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439.
Mata pencaharian
Mata pencaharian
Kota
Bekasi sebagian besar Mata pencaharian adalah pertania, maka ini membuktikan
banyaknya pasar di daerah Pondok Gede. Dari daerah Bekasi memiliki banyak lahan
yang menghasilkan buah – buahan, sayur – sayuran dan masih banyak lagi, yang
kemudian dikirimkan ke berbagai daerah Bekasi, terutama daerah Pondok Gede.
Pondok Gede menjadi salah satu pasar yang memiliki bahan – bahan pokok
terlengkap di Bekasi (terakhir kali ke pasar kranggan). Perdagangan pasar di
Pondok Gede mulai dari subuh, hingga sore menjelang malam..
Corak Kehidupan Sosial
Corak Kehidupan Sosial
Munculnya
pabrik-pabrik selain membawa dampak positf juga membawa dampak negatif.
Masyarakat Bekasi yang semula hidup sebagai petani harus menyesuaikan diri
dengan perubahan yang ada. Sebagian masyarakat sudah siap menuju industri dari
segi pendidikan dan mental dan sebagian lagi belum siap, karena tekanan
kehidupan para petani banyak menjual lahan pertaniannya pada industri.
Lahan-lahan pertanian produktif di Bekasi mulai berkurang berubah menjadi
bangunan pabrik-pabrik megah. Para petani yang tidak sanggup atau tidak
diterima menjadi buruh pabrik akhirnya menjadi pengangguran. Dengan
berkembangnya teknologi dan supermarket, Pasar Pondok Gede memiliki daya saing
yang sangat kuat untuk bisa mengimbangkannya. Tetapi, sudah bertahun – tahun,
pasar tradisional di Pondok gede tetap ramai orang – orang berbelanja disana.
Pola Interaksi Sosial
Pola Interaksi Sosial
Warga
suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Pondok Gede
memiliki berbagai macam kriteria orang – orangnya. Dengan sumber pencarianny
petani, mereka berinteraksi dengan sesama walau berbeda suku ataupun ras.
Pondok Gede memiliki ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu
perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat,
karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Memang seperti itulah ikatan dari
warga Pondok Gede.
Solidaritas Sosial
Solid. Solidaritas untuk warga – warga Pondok Gede tidak
ada duanya. Bekerja sama dalam menjalankan pekerjaan yang sama, membersihkan kembali
pasar setelah selesai jualan, memiliki makna hidup yang penuh barbaric. Pondok Gede memiliki ikatan
yang tinggi dalam membantu sesama. Dengan luasnya daerah Pondok Gede, tentu
dibutuhkan tingkat Solidaritas yang meninggi agar tetap makmur dan tentram.
sumber :
Komentar
Posting Komentar